[Resensi buku] Salvation of a saint

 




Judul : Salvation of a saint

Pengarang : Keigo Higashino 

Penerbit : Gramedia pustaka utama 

Jumlah halaman : 352 halaman 


Blurb

Seorang lelaki ditemukan tewas di rumahnya akibat kopi beracun. Istrinya memiliki motif kuat sebagai tersangka setelah dia dicampakkan oleh sang suami.

Masalahnya, pada hari pembunuhan, wanita itu berada ribuan kilometer dari tempat kejadian. Detektif Kusanagi dan Detektif Utsumi Kaoru yang menyelidiki kasus ini memiliki opini bertentangan soal siapa pelakunya. Namun, Utsumi merasa Kusanagi terlalu berempati terhadap istri korban dan itu membuat penilaiannya kabur.

Utsumi meminta Profesor Manabu Yukawa untuk membantu kepolisian, sekaligus meluruskan logika Kusanagi. Tapi bahkan ilmuwan genius yang dijuluki Detektif Galileo itu kebingungan. Tidak mungkin seseorang memasukkan racun ke kopi dari jarak jauh, bukan? Di sinilah kecerdasan sang profesor diuji. Dia harus menguak trik bagaimana racun itu muncul pada waktu yang tepat, di tempat yang sempurna, dan yang terpenting, tidak salah sasaran.

 Salvation of a Saint adalah novel kedua dalam seri Detektif Galileo. Tapi kalau kumpulan cerpen Galileo juga dihitung, maka ini adalah buku keempat.

Judul ini tidak sepopuler buku pertamanya, The Devotion of Suspect X yang sudah diadaptasi ke film Jepang, Korea, China, dan India. Tapi, kisah Profesor Manabu Yukawa alias Detektif Galileo. Btw dia ini Detektif favorit akuu.

Sebelum bicara soal karakter Galileo sendiri, saya mau komentar soal keseluruhan cerita Salvation of a Saint . Menurut saya, daya tarik utama buku ini adalah gaya penuturannya yang cukup unik.

Biasanya, formula andalan fiksi-fiksi kriminal dimulai dengan pengenalan konflik yang menuntun cerita pada pembunuhan, disusul dengan penemuan mayat, pencarian pelaku, dan diakhiri dengan terungkapnya identitas si pembunuh yang tak terduga. Salvation of a Saint memilih pola yang berbeda.

Sejak bab-bab pertama, pembaca Salvation of a Saint sudah digiring untuk mencurigai tersangka utama, Ayane. Meskipun fakta-fakta yang bermunculan sempat mengaburkan dugaan saya, pada akhir tiap bab saya selalu ‘diajak’ kembali ke Ayane. Misterinya memang bukan identitas pelaku, tapi bagaimana si pelaku membunuh korbannya.

Kalau pembunuhnya sudah ketahuan, berarti nggak seru? Oh, jangan salah! Justru gaya berceritanya Higashino bikin pembaca gemas kepingin tahu cara Ayane meracuni suaminya dari jarak ribuan kilometer.

Lagipula, penggambaran karakter si korban memang bikin gedeg banget. Rasanya nggak ada yang keberatan dia dibunuh. Sama seperti Detektif Kusanagi, saya juga kepingin pembunuhnya bukan Ayane. Tapi, penulis terus menekankan kecurigaan kepada perempuan yang sikapnya seperti malaikat itu.




Contact us